CeritaDepok.Com, Ndana - Meski berstatus sebagai pulau terselatan Indonesia, tidak satu pun warga sipil yang menghuni di Ndana. Itu sebabnya, pulau tersebut jauh dari jangkauan warga. Nyaris tak ada kunjungan warga sipil. Penghuni yang ada hanyalah pasukan marinir penjaga perbatasan RI-Australia. Akan tetapi, Selasa (16/8/2022), Ndana mendadak ramai. Puluhan pesepeda dari Jakarta dan kota lainnya rela datang dan menginap semalam.
Sekitar pukul 16.00 Wita, para pesepeda peserta Jelajah Rote Bike mulai mendarat di sisi barat laut Pulau Ndana. Pendaratan kapal ini agak keliru, sebab pintu masuk pulau itu yang sesungguhnya ada di sisi selatan.
Para penumpang terpaksa berjalan lagi sejauh kurang lebih 1,5 kilometer melewati padang sabana menuju markas pasukan penjaga perbatasan. Kebetulan ada beberapa orang di antara mereka pernah mengunjungi Ndana pada April 2019 sehingga masih mengetahui rute menuju markas satgas.

Baca Juga: Peran Satgas Yonif Mekanis 203/AK Dalam Meningkatkan Perekonomian Masyarakat Papua
Menjelang sore masuk lagi kapal kedua yang membawa peserta lainnya. Kapal kedua langsung berlabuh di pesisir selatan Pulau Ndana. Kebetulan ikut bersama dalam kapal ini, komandan satgas perbatasan Lettu Mar Muhammad Luthfi Sabri sehingga kapal diarahkan menuju pintu masuk Ndana. Dari pantai sebelah selatan ke markas satgas hanya berjarak sekitar 300 meter.
“Pintu” yang unik
Mengapa pintu masuk dan keluar Pulau Ndana ada di sisi selatan? Bukankah pantai barat laut memiliki jarak yang lebih dekat dengan Pulau Rote?
Pulau Ndana sesungguhnya dikelilingi gulungan ombak yang tinggi dan memanjang. Ombak-ombak itu hanya berjarak sekitar 300 meter dari bibir pantai. Itu sebabnya, pulau ini pun merupakan kawasan yang “digilai” para peselancar.
Baca Juga: BBM Mahal, Mobil Listrik Harga Murah Rp75 Juta Bertebaran
Saat berlayar menuju atau kembali dari Pulau Ndana selalu menghadapi ombak yang berkisar 2 meter hingga 4 meter. Gelombang laut itu tampak sangat nyata dan dekat. Posisi badan perahu pun sejajar dengan air laut.
Berkali-kali penumpang kecipratan air laut akibat hempasan gelombang. Semakin mendekat ke pulau seluas 13 kilometer persegi itu ombak tampak semakin tinggi. Pelayaran kurang lebih 45 menit terasa begitu menegangkan. Ayunan ombak kadang mengasyikan tapi kadang pula sangat menegangkan.
Meski gulungan ombak itu tampak menutup rapat ruang menuju Pulau Ndana, tetapi Tuhan Sang Pencipta sepertinya tidak menginginkan pulau ini terisolasi dari wilayah luar. Di sisi selatan tampak ada celah yang memungkinan manusia melakukan mobilisasi. Di area itu, tampak ruang dengan lebar kurang lebih 60 meter yang sama sekali tidak ada gulungan ombak. Lautnya sangat tenang.

Artikel Terkait
Tips Sederhana Bagi Pemula Dalam Memilih dan Membeli Sepeda
Beberapa Hal Yang Harus dan Mesti Diperhatikan Ketika Ingin Membeli Sepeda untuk Anak
Penyebab Gubernur Ganjar Jatuh dari Sepeda Hingga Tangannya Patah
Sekilas Sejarah Sepeda Federal Yang Fenomenal Hingga Sekarang
Ada Delapan Bagian Sepeda Motor Yang Perlu Diperiksa Sebelum Melakukan Perjalanan
Sepi Pembeli, Kinerja Penjualan Sepeda Terendah Dalam Lima Tahun Terakhir
Sepeda Motor, Alat Angkut Yang Luar Biasa