CeritaDepok.Com, Depok - Renungan Pagi Bersama Ustadz Yanuar : Andaikan Allah Mem-PHK Kita.
Seorang pemuda sedang berboncengan sepeda motor dengan kakeknya, melintasi jalanan yang macet total karena di depan sana ada demo besar-besaran para pekerja pabrik dan para karyawannya, yang menghambat lalu lintas, dan tampak dari berbagai spanduk mereka tertulis tidak terima kalau mereka diPHK secara sepihak.
Di saat pemuda dan kakeknya tetap berhenti lama di atas sepeda motor, si pemuda itu yang sedang membonceng, secara tidak sengaja dia melirik ke kaca spion yg tentunya bisa melihat kebelakang, termasuk bisa melihat wajah kakeknya yang sedang duduk di belakang.
Si pemuda itu melihat dari spion, kelihatan kedua mata kakeknya sedang menangis, lantas si pemuda itu bertanya : "Kenapa kakek menangis?, apa yang kakek tangisi?”.
Baca Juga: Renungan Malam Bersama Ustadz Yanuar : Kematian Yang Tak Dirindukan Dan Kerinduan Dalam Kematian.
Kakeknya menjawab :
“Aku menangis ketika melihat mereka para pekerja yang diPHK tersebut”.
Si pemudanya bertanya :
“Apakah kakek merasa kasihan kepada mereka sehingga kakek menangisi mereka?”.
Kakeknya menjawab :
“Bukan karena itu, tapi aku bisa mengambil hikmah dari peristiwa yang aku saksikan sekarang ini, hikmahnya aku arahkan kepada diriku sendiri, aku membayangkan diriku mengalami seperti mereka”.
Si pemudanya bertanya :
“Apa hikmahnya kek?”.
Baca Juga: Renungan Pagi : Terlahirlah Dengan Kekayaan Sejati
Kakeknya menjawab :
Hikmahnya adalah, tahukah kamu, kenapa mereka tidak terima kalau diPHK?
Jawabannya adalah karena menjadi seorang pengangguran itu dianggap tidak berharga, sedangkan menjadi seorang pekerja itu merasa dirinya berharga, dan tanda berharganya adalah dia senang menjalankan perintah dari atasannya, disuruh apapun dia pasti mau, karena pasti ada apresiasi atas jerih payahnya sebagai pekerja yang disiplin dengan aturan dan amanah menjaga nama baik perusahaannya.
Begitu pula diriku di hadapan Allah, aku membayangkan jikalau Allah tiba-tiba tidak lagi bersedia memilihku sebagai pekerja Nya alias sebagai pengabdiNya, penghambaNya, tidak lagi menyuruhku untuk menyembahNya, tentu diriku merasa tidak lagi dianggap sebagai makhluq yang dihargaiNya, akibatnya aku merasa putus asa, percuma hidup jika tidak Allah hargai sepanjang umur hidupku.
Lantas kepada Tuhan mana lagi aku harus melamar menjadi seorang pekerja pengabdi, padahal yg aku tahu hanya Alloh lah satu satunya Sang Pemberi Pekerjaan berwujud perintah untuk menyembahNya.
Artikel Terkait
Renungan Malam : Sempurnakan Separuh Agama, Terdapat 8 Hadits Tentang Pernikahan
Renungan Sebelum Tidur Bersama Ustadz Yanuar : Sebuah Inspirasi Dari Surat Al Maidah Ayat 119
Renungan Sebelum Tidur Bersama Ustadz Yanuar, Kisah Sebuah Jarum
Renungan Tentang Hikmah Dibalik Kegagalan Bersama Ustadz Yanuar
Renungan Tentang Perasaan 'Ujub" (Membanggakan Diri), Bersama Ustadz Yanuar