Berdasarkan Study Banyak Siswa Kelas 5 dan 6 SD Belum Bisa Membaca

- Kamis, 8 Desember 2022 | 21:01 WIB
Sejumlah siswa sekolah dasar mengikuti perkenalan lingkungan pada hari pertama masuk sekolah di SDN Anyelir 1 Jalan Nusantara Raya, Kota Depok, .Senin (18/7/2022). Hari pertama masuk sekolah tahun ajaran 2022/2023 dimulai serentak.  (Satrio Nusantoro)
Sejumlah siswa sekolah dasar mengikuti perkenalan lingkungan pada hari pertama masuk sekolah di SDN Anyelir 1 Jalan Nusantara Raya, Kota Depok, .Senin (18/7/2022). Hari pertama masuk sekolah tahun ajaran 2022/2023 dimulai serentak. (Satrio Nusantoro)

CeritaDepok.com - Badan Standar Kurikulum dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) dan Lembaga Program Inovasi memaparkan hasil studi Kesenjangan Hasil Pembelajaran, Selasa, 6 Desember 2022.

Sebanyak 18.370 siswa dari 612 sekolah yang dipilih secara acak terlibat dalam studi tersebut.

Direktur Program Inovasi, Mark Heyward mengatakan, studi tersebut berupaya memetakan kondisi pembelajaran di 19 kabupaten di Provinsi Jawa Timur, Kalimantan Utara, Nusa Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT), Jambi, Sulawesi Tenggara, Kalimantan Selatan, dan Maluku Utara.

Baca Juga: Peduli Dengan Generasi Bangsa, Babinsa Koramil 1710-07/Mapurujaya Bekali Wawasan Kebangsaan

Dia menuturkan, ada tiga temuan dari studi tersebut. Salah satunya, banyak siswa di Indonesia yang belum menguasai keterampilan dasar literasi dan numerasi.

”Padahal, siswa yang belum menguasai kemampuan dasar di jenjang tertentu akan semakin tertinggal di jenjang-jenjang berikutnya,” katanya dalam acara Temu Inovasi #14, di Jakarta, Selasa, 6 Desember 2022.

Salah satu contohnya, kata Mark, yang ditemukan di Desa Pelita Kanaan, Kabupaten Malinau, Provinsi Kalimantan Utara. Di sana, dilaporkan banyak anak yang sudah duduk di kelas V dan VI, tetapi belum bisa atau belum lancar membaca.

Mark menambahkan, pihaknya juga menemukan standar kurikulum nasional yang lebih tinggi dari laju kemampuan belajar siswa dan standar global.

”Untuk itu, reformasi kurikulum diperlukan karena kurikulum yang fokus terhadap kemampuan esensial, berpotensi mengurangi, menekan, kehilangan hasil belajar (learning loss) selama pandemi,” katanya.

Temuan ketiga, kata dia, meskipun Covid-19 berdampak untuk semua siswa, tetapi siswa kelompok rentan cenderung paling terdampak.

Siswa dengan multikerentanan berpotensi punya hasil belajar lebih rendah.

Lebih lanjut Mark mengatakan, siswa di perdesaan dan di daerah terpencil, lebih banyak yang memiliki performa literasi dan numerasi tingkat 1.

Hal itu tidak memenuhi tingkat keterampilan minimum dibandingkan siswa di perkotaan.

Selain itu, dengan siswa laki-laki pe nyandang disabilitas di per desaan, 91 persennya tidak memenuhi tingkat keterampilan minimum. Di perkotaan, sebanyak 82 persennya tidak memenuhi keterampilan minimum.

Menurut Mark, faktor lainnya adalah guru dan keluarga. Dia menyebutkan, 56 persen guru di perdesaan dan daerah terpencil, merasa kurang percaya diri untuk menyelenggarakan pembelajaran jarak jauh (PJJ).

Halaman:

Editor: Rubiakto

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Zikir yang Cepat Mendatangkan Rezeki

Rabu, 10 Mei 2023 | 07:21 WIB

Doa Rasulullah Saat Pagi Hari

Rabu, 10 Mei 2023 | 07:12 WIB

Pentas Akhir Ramadan Di Kampung Nelayan

Rabu, 19 April 2023 | 21:21 WIB

Keistimewaan Malam Lailatul Qadar

Senin, 17 April 2023 | 08:43 WIB

Beberapa Amalan Malam Nuzulul Quran

Jumat, 7 April 2023 | 22:26 WIB

Amalan Utama Yang Dilakukan Pada Bulan Ramadan

Rabu, 5 April 2023 | 11:33 WIB

Cara Agar Bisa Meraih Malam Lailatul Qadar

Rabu, 5 April 2023 | 08:00 WIB

Pekan Syiar Ramadan Kampus UI 2023 Dimulai

Selasa, 4 April 2023 | 21:49 WIB

Hukum Tidur Saat Puasa dan Hadistnya

Sabtu, 1 April 2023 | 22:06 WIB
X